Nikmati Perpaduan Citarasa Padang-Spanyol di Restoran Ini

Dream - Pernah terbayang tidak sih, menikmati dendeng kering khas Padang tapi disajikan bersama salad? Baru membayangkan saja pasti terasa aneh, bagaimana rasa dan bentuknya ya?

Namun, tak perlu heran lagi karena makanan ini benar-benar tersaji di Marco Padang Peranakan. Tiga mahasiswa asal Spanyol, berhasil mengolah kuliner Minang yang kaya rempah dikombinasi dengan teknik memasak dari Spanyol.

Sehingga menghasilkan menu gastronomi yang kaya akan cerita, pengalaman dan rasa unik. Seperti pada hidangan pembuka Croquetas de Rendang dan Chupito de Salmorejo, yang terinspirasi dari rendang itam kayu bakar.

"Mereka begitu kita sajikan rendang itu suka banget, dan begitu kita ajak untuk melihat cara pembuatannya semakin appreciate karena dimasak selama 9 jam pakai kayu bakar," ungkap Manager F&B Marco Padang, Wanda Mahardi.

Setelah itu Maria, Ruth dan Guierlemo menyuguhkan ensalada yaitu salad yang disiram dengan honey mustard. Taburan dendeng kering membuat khas masakan Padang begitu lekat dan bersama irisan sayur-sayuran segar.

Selanjutnya terdapat sopa de Pescado, yang berhasil mengawinkan kecintaan masyarakat Spanyol dalam mengonsumsi ikan dengan kebiasaan masyarakat Miangkabau di daerah pesisir.

"Inspirasinya dari sambal pacak dan jadilah sambal pacak dari kacang. Disajikan bersama ikan, udang dan sambal kacang pacak baramudi," imbuh Wanda yang dijumpai di Grand Indonesia pada Kamis, 25 Agustus 2016.

Sedangkan pada makanan utama, mereka memutuskan untuk berkreasi dari olahan sate Padang. Makanan yang dinamai Garlic Chicken Skewer merupakan perpaduaan daging ayam lembut dengan bumbu bahan dasar Spanyol yaitu bawang putih dan sedikit salad pedas.

"Rempah khas Spanyol itu mereka banyak memakai olive oil. Dan masakan kita terlalu pedas di lidah mereka sehingga mengubahnya menjadi pas di lidah mereka," terang Wanda lebih lanjut.

Menariknya lagi, mereka benar-benar ditantang untuk dapat menciptakan masakan yang lezat dengan penyajian yang berkelas. Sehingga mereka harus melewati beberapa kali food testing dan sering mengalami penolakan.

Seperti yang dialami Maria, yang harus berjuang keras agar desert dari buah nangka dan crepes buatannya lolos penilaian dari pihak Marco dan Akademi Gastronomi Indonesia.

"Tantangannya karena masakan beda, culture beda, bumbu beda. Teknik masak sama tapi alat masak beda. Kalau di Spanyol hampir semua masakan harus diolah dengan oven, di sini Chef Marco masak sate di oven yang dikipas-kipas," imbuh Guierlemo sambil tertawa lebar.