Wakala Al-Sultan Qaytbay merupakan komplek rumah dan toko berarsitektur indah yang berdiri sejak abad ke-15.
Dream - Dinasti Ottoman atau Utsmaniah meninggalkan banyak jejak di sejumlah negara. Sayangnya, tidak sedikit bangunan tersebut yang terbengkalai karena berbagai alasan baik keterbatasan dana maupun konflik.
Belakangan muncul niatan untuk merenovasi sejumlah bangunan tersebut dari pemerintah setempat. Karena bangunan-bangunan tersebut menyimpan nilai sejarah namun dapat pula dimanfaatkan untuk mendukung pariwisata.
Seperti yang terjadi pada Wakala Al Sultan Qaytbay di Kairo, Mesir. Pemerintah Mesir memutuskan untuk merenovasi bangunan tersebut dan memfungsikannya kembali sebagai hotel pribadi.
Proyek ini merupakan yang pertama dijalankan Mesir. Situs arkeologi Islam itu didesain ulang menjadi hotel dengan menelan biaya pembangunan sekitar 100 juta pound Mesir, setara Rp90,3 miliar.
Wakala Al-Sultan Qaytbay adalah salah satu contoh bangunan Islam terindah yang menjadi ciri arsitektur di era Mamluk. Bangunan ini didirikan atas prakarsa Sultan Al Malik Al-Ashraf Abu Al Nasr Qaytbay, penguasa negara bagian Mamluk Sirkasia yang kemudian memerintah Mesir di abad ke-15.
Bangunan ini terdiri dari tiga lantai dan menghadap ke halaman dalam yang luas. Lantai dasar digunakan untuk area dagang, dengan dua lantai atas untuk perumahan.
Arkeolog Mahmoud Abdel-Baset, direktur jenderal Proyek Pembangunan Sejarah Kairo, mengatakan proyek itu dijadwalkan selesai dalam 2021. Renovasi tersebut akan membuat hotel unik sambil melestarikan warisan arkeologi kuno.
Nantinya hotel akan dilengkapi dengan perabotan yang sesuai dengan sejarah dan lokasi bangunan. Toko-toko di bagian depan kompleks akan dipertahankan dan difungsikan sebagai outlet komersial bagi wisatawan dan pengunjung.
Proyek Pembangunan Sejarah Kairo mengatakan keuntungan ekonomi dari hotel akan berkontribusi pada kelangsungan pekerjaan pemeliharaan, menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara kompleks dan komunitas sekitarnya.
Proyek ini dipimpin oleh Kementerian Pariwisata dan Purbakala dengan dana dari Kementerian Perumahan, Otoritas Kairo Fatimiyah. Hania Mamdouh, supervisor Unit Teknik di Kairo yang Bersejarah, membenarkan Piagam Venesia untuk Konservasi dan Pemulihan Monumen dan Situs serta persyaratan Kementerian Pariwisata untuk hotel warisan sedang dalam pengurusan.
Tim menggunakan batu bata yang berbeda dari yang ditemukan pada konstruksi aslinya. Tujuannya agar pengunjung dapat dengan mudah membedakan antara dua era pembangunan.
Mamdouh mengatakan bata merah berlubang digunakan karena lebih ringan dan tidak mempengaruhi integritas struktur elemen asli fasilitas tersebut. Batu bata yang sebelumnya digunakan dalam upaya restorasi dari tahun 1940-an.
Haji Samir, pemilik salah satu toko di kawasan itu, mengatakan proyek tersebut khusus untuk masyarakat sekitar. Sebelumnya itu adalah tempat kotor yang diabaikan oleh pejabat pemerintah.
" Di masa lalu, bagian pembersihan tidak berfungsi. Sekarang semuanya benar-benar berbeda, dan wilayah ini akan menjadi global dalam arti sebenarnya," ucap Samir, dikutip dari Arab News.
Alhamdulillah
|
Masya Allah
|
Wallahu a'lam
|
Subhanallah
|
Astaghfirullah
|
Naudzubillah
|
Cara Bertahan Hidup Saat Pesawat Alami Kecelakaan
Tips Menyelamatkan Diri dari Tsunami Saat Berlibur di Pantai
Daftar Maskapai Teraman 2019
Liburan Seru dengan Ongkos Miring, ke Singapura Cuma Rp300 Rib
Ini Sejarah Mengapa Hari Minggu Jadi Hari Libur
Ini Temuan Jejak Kota Sodom di Tepi Laut Mati
Janjang Koto Gadang, Tembok China ala Indonesia
Karang Jamuang: Pulau Terlarang Bagi Perempuan
7 Destinasi Pantai Punya Pemandangan Cantik Tapi Kurang Peminat
5 Destinasi Bersepeda di Sekitar Borobudur
Melepas Penat dengan Staycation di 7 Destinasi Hidden Gems Pulau Jawa
Vaccine Drive Thru, Terobosan Bali Tekan Covid-19 dan Pulihkan Parekraf
Menparekraf Sandiaga Harapkan Vaksinasi Pelaku Parekraf Sesuai Target
Rasakan Sensasi Mistis 'Bertemu' Vampir