Dream - Belum siap bepergian antar-benua? Tenang, kamu bisa menikmati panorama pulau yang indah dari ketinggian.

Singapura akan membuka SkyHelix Sentosa pada 15 Desember mendatang. Tempat ini akan sempurna mengisi liburanmu bersama keluarga.

Para pelancong internasional pasti sudah tidak asing lagi dengan Pulau Sentosa. Selain Universal Studios, Pulau Sentosa juga menjadi destinasi wajib saat berkunjung ke Singapura.

Daya tarik terbaru Pulau Sentosa akan menghadirkan menara bengkok ganda elegan dengan gondola terbuka yang perlahan-lahan naik hingga ketinggian 35 meter. Wahana ini berlokasi di stasiun Imbiah Lookout dan dekat wahana lainnya, seperti kereta gantung.

Perjalanan 12 menit menuju puncak dan berhenti selama 10 menit pada puncaknya. Selama perjalanan menuju puncak, gondola ini akan berputar untuk memberi pemandangan 360 derajat.

Titik Pandang Tertinggi di Singapura

SkyHelix merupakan salah satu titik pandang tertinggi di Pulau Sentosa dengan ketinggian 79 meter di atas permukaan laut. Tidak hanya di Pulau Sentosa, wahana ini menjadi fasilitas perjalanan panorama terbuka tertinggi di Singapura.

Wahana ini akan menjadi perjalanan santai, di mana kakimu menjuntai dengan minuman non-alkohol atau suvenir SkyHelix Sentosa di tangan.

Kamu bisa menikmati semua hal itu hanya dengan membayar tiket sebesar 18 dolar Singapura, setara Rp188 ribu untuk orang dewasa dan 15 dolar Singapura, setara Rp157 ribu untuk anak usia 4-12 tahun.

Tidak hanya itu, kamu juga dapat membawa koktail siap minum ataupun makanan ringan yang bisa dibeli dari bar makanan ringan sebelum naik wahana ini. SkyHelix Sentosa juga memiliki desain hemat energi yang memanfaatkan listrik secara minimal.

Menurut Mount Faber Leisure selaku operator, mereka menyatakan jejak karbon yang dihasilkan oleh satu tahun operasi atau dengan melayani 100 ribu tamu, setara dengan hanya satu penerbangan dari Singapura ke Kuala Lumpur. Perjalanan ini hanya terbuka untuk tamu yang telah divaksinasi dan menemani anak-anak di bawah usia 12 tahun, dikutip dari Channel News Asia.

Laporan: Anzila Riskia Putri