Selandia Baru Tunda Perjanjian 'Travel Bubble' dengan Australia

Dream - Pada Mei lalu, Selandia Baru dan Australia mulai mengakhiri masa lockdown setelah menunjukkan penurunan drastis jumlah pasien Covid-19. 

Diduga kedua negara merencanakan perjanjian pariwisata yang biasa disebut "Travel Bubble" atau secara resmi sebagai "trans-Tasman zona aman Covid-19"

"Gelembung" ini akan membuka perbatasan antara negara-negara tetangga. Sementara bagi negara lain akan tetap ditutup. 

Tetapi karena pandemi yang masih berlangsung, kedua negara masih belum mengkonfirmasi kapan perbatasan akan dibuka. 

Menunggu Kondisi Aman

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyatakan syarat perjalanan antar kedua negara haruslah bebas dari kemungkinan penularan Covid-19.

"Salah satu syarat yang kami ajukan untuk pembebasan perjalanan bebas karantina, negara harus bebas dari kemungkinan penularan setidaknya selama 28 hari. Dan mungkin ini akan memakan waktu yang cukup lama bagi Australia," kata Ardern.

Ardern juga tidak menjelaskan kapan proses 'travel bubble' akan dilanjutkan. Ia menambahkan mungkin kedua negara membutuhkan waktu beberapa bulan ke depan. 

Diharapkan Bisa Membantu Perekonomian Kedua Negara

Sebelumnya, Ardern dan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, merilis perjanjian kerja sama pada Mei lalu. Keduanya sempat mengatakan 'travel bubble' telah dibahas antar negara. Realisasi perjanjian akan segera dilakukan setelah kondisi aman dari pandemi Covid-19. 

"Kami perlu berhati-hati saat melanjutkan prakarsa ini. Tidak ada negara yang ingin virus Covid-19 makin menular, sehingga kami merasa perlu menjamin keamanan wilayah terlebih dahulu," ujar PM Australia, Scott Morrison. 

Diharapkan perjanjian ini nantinya akan membawa keuntungan bagi kedua negara. Sekaligus memulihkan perekonomian yang sempat hancur akibat Covid-19. 

Sumber Lonely Planet